Para sederek....tidak terasa sebentar lagi akan tiba hari yang suci dan telah dinanti-nanti oleh umat muslim. Hari Raya Idul Fitri 1432 H, seperti biasa saudara-saudara kita banyak yang bertempat tinggal di luar Desa Krembangan dan seperti kebiasaan setiap hari raya ini kita semua pasti akan meridukan kampung halaman tercinta ini. Pertemuan dengan saudara-saudara yang setahun tidak berjumpa pasti akan menjadi moment yang sangat mengesankan dalam silaturrohim tahun ini.
Tradisi mudik Lebaran melekat erat dengan Idul Fitri. Kerinduan pulang
kampung menetralisasi kerepotan, bahkan jadi pemanis kemenangan. Menjadi penyemangat dalam menjalankan aktivitas kehidupan selama setahun kedepan.
Mudik, seakan telah menjadi ritus budaya, yang sedemikian mentradisi dalam masyarakat kita. Fenomena mudik berkait-kelindan dengan perayaan Idul Fitri, atau akrab disebut Lebaran. Dari segi ritus budaya, mudik biasanya ditandai dua hal. Pertama, mudik menjadi “kebutuhan primer” tahunan masyarakat urban. Kedua, walaupun memiliki korelasi waktu dengan Idul Fitri yang nota bene ritual Islam, mudik juga melibatkan hampir seluruh lapisan masyarakat, termasuk non-Muslim.
Tradisi mudik dijadikan sebagai wahana klangenan atau “jembatan nostalgia” dengan masa lalu. Pemudik yang rata-rata berasal dari desa, diajak bercengkerama dengan romantisme alam pedesaan. Pemudik merindukan nilai-nilai kebersamaan alamiah yang jarang lagi mereka temui di kota, karena ketatnya persaingan memburu “status”. Di sinilah ada benang merah yang dapat ditarik, mengapa keinginan pemudik untuk mengenang “sejarah” dirinya barang sejenak selalu dilakukan beriringan dengan perayaan Idul Fitri.
Setidaknya ada 4 hal yang menjadi tujuan orang untuk melakukan mudik dan
sulit digantikan oleh teknologi. Pertama, mencari berkah dengan
bersilaturahmi dengan orangtua, kerabat, dan tetangga. Kedua, terapi
psikologis. Kebanyakan perantau yang bekerja di kota besar memanfaatkan
momen lebaran untuk refreshing dari rutinitas pekerjaan sehari-hari. Sehingga ketika kembali bekerja, kondisi sudah fresh lagi.
Ketiga, mengingat asal usul. Banyak perantau yang sudah memiliki keturunan, sehingga dengan mudik bisa mengenalkan mengenai asal-usul mereka.
Dan yang terakhir, adalah unjuk diri. Banyak para perantau yang menjadikan mudik sebagai ajang unjuk diri sebagai orang yang telah berhasil mengadu nasib di kota besar.
Jadi, rupanya memang sulit untuk menghilangkan tradisi mudik di Indonesia. Asalkan pengelolaan dari pihak terkait berjalan lancar, mudik juga insya allah berjalan lancar.
Ketiga, mengingat asal usul. Banyak perantau yang sudah memiliki keturunan, sehingga dengan mudik bisa mengenalkan mengenai asal-usul mereka.
Dan yang terakhir, adalah unjuk diri. Banyak para perantau yang menjadikan mudik sebagai ajang unjuk diri sebagai orang yang telah berhasil mengadu nasib di kota besar.
Jadi, rupanya memang sulit untuk menghilangkan tradisi mudik di Indonesia. Asalkan pengelolaan dari pihak terkait berjalan lancar, mudik juga insya allah berjalan lancar.
Oleh karenanya sisa waktu ini marilah kita pergunakan untuk lebih menyempurnakan ibadah puasa ramadhan dan bagi sederek semua yang akan melakukan perjalanan mudik lebaran untuk menyiapkan segala keperluan sehingga lancar dalam perjalan nanti sampai kampung halaman. Terakhir Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan dan selamat menyambut Hari Raya idul fitri, semoga silaturrahim tetap tersambung.Selamat Mudik, hati-hati dijalan,semoga selamat.....
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !